PENGARUH IKLIM TERHADAP PERTANIAN

MAKALAH
KLIMATOLOGI
“PENGARUH IKLIM TERHADAP PERTANIANN”

Dosen Pembimbing :

1. Drs. H. Shidarta Adyatma,M.Si
2. 2. Dr. Deasy Arisanty, M.Sc

Disusun oleh :

SAFARIAH A1A513223
SAID AHMAD ZULFI F. A1A513049
FITRIA INDAH S. A1A513240

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, serta seluruh keluarga, sahabatnya dan pada kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman. Sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun makalah yang kami buat ini mengenai “ PENGARUH IKLIM TERHADAP PERTANIAN ” .
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat pula bagi para pembaca, serta pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Banjarmasin , April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………
Daftar Isi……………………………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….
1.3 Tujuan…………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lahan Pertanian ………………………………………………………………..
2.2 Bentuk-Bentuk Pertanian Di Indonesia…………………………………………………
2.3 Faktor-Faktor Degradasi Tanah……………………………………………………………
2.4 Proses Degradasi Tanah……………………………………………………………………..
2.5 Klasifikasi Tanah Terdegradasi……………………………………………………………
2.6 Kerusakan Lingkungan……………………………………………………………………….
2.7 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pertanian……………………………………….
2.8 Pengaruh Iklim Terhadap Budidaya Tanaman……………………………………….
2.9 Pentingnya Rehabilitas Tanah dalam Upaya Resiliensi dan Meningkatkan Produktifitas Lahan …………………………………………………………..

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perubahan iklim global yang menjadi perhatian masyarakat dunia adalah menipisnya lapisan ozon di Lapisan Stratosfir. Lapisan ozon berfungsi menyerap radiasi surya terutama sinar Ultraviolet sebelum mencapai permukaan bumi, sehingga penipisannya berakibat meningkatnya suhu udara di permukaan bumi, dan menimbulkan gejala global warming. Sementara itu, penggundulan hutan yang terus terjadi (rata-rata 14,6 juta hektar per tahun), efek gas rumah kaca, kerusakan fisik lingkungan seperti pencemaran air, tanah dan udara, rusaknya lahan pantai, hutan, dan sebagainya Berkurangnya suberdaya lingkungan secara drastis menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan secara lokal, nasional dan global.
Tanah–tanah lahan kering tropika basah merupakan tanah yang rentan degradasi, selain disebabkan faktor alami juga akibat campur tangan manusia. Degradasi tanah, ditandai dengan kondisi banjir saat musim hujan dan kekeringan cukup parah saat musim kemarau. Hal itu menunjukkan bahwa tanah tidak mampu lagi mengatur kelembaban, sehingga cepat mengering dan jenuh bila kondisi curah hujan berubah. Definisi degradasi tanah cukup banyak diungkapkan para pakar tanah, namun kesemuanya menunjukkan penurunan atau memburuknya sifat-sifat tanah apabila dibandingkan dengan tanah tidak terdegradasi. Degradasi tanah menurut FAO (1977) adalah hasil satu atau lebih proses terjadinya penurunan kemampuan tanah secara aktual maupun potensial untuk memproduksi barang dan jasa.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1). Apa yang dimaksud dengan Lahan Pertanian ?
2). Apa yang dimaksud dengan bentuk-bentuk pertanian di Indonesia ?
3). Sebutkan Faktor-Faktor Degradasi Tanah ?
4). Bagaimana Proses Terjadinya Degradasi Tanah ?
5). Apa sajakah Klasifikasi Tanah Terdegradasi ?
6). Bagaimana proses Kerusakan Lingkungan ?
7). Apa sajakah Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pertanian ?
8). Apa sajakah Pengaruh Iklim Terhadap Budidaya Tanaman ?
9). Apa yang dimaksud dengan Pentingnya Rehabilitas Tanah dalam Upaya Resiliensi dan Meningkatkan Produktifitas Lahan ?

1.3 Tujuan
Mencari solusi untuk menyeimbangkan kembali kondisi kualitas tanah melalui pengelolaan dan perbaikan kualitas tanah dan lahan yang disebabkan oleh iklim global akibat kerusakan lingkungan.

 

BAB 11
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lahan Pertania

secara umum pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk didalamnya,yaiyu bercocok tanam ,pertenakan dan juga kehutanan. Sebagian besar mata pencaharian di indonesia adalah sebagai petani,sehingga sektor pertanian sangat penting untuk di kembangkan di negara kita .

2.2 Bentuk-bentuk Pertanian di Indonesia

4 Bentuk-bentuk pertaniann di indonesia, yaitu :
a). Sawah
b). Tegalan
c). Pekarangan
d). Ladang berpindah

2.3 Faktor-Faktor Degradasi Tanah

Pada umumnya faktor degradasi tanah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : faktor alam dan faktor manusia .
Menurut Barrow (1991) faktor alami penyebab degradasi tanah antara lain: areal berlereng curam, tanah mudah rusak, curah hujan intensif, dan lain-lain. Faktor degradasi tanah akibat campur tangan manusia baik langsung maupun tidak langsung lebih mendominasi dibandingkan faktor alami, antara lain: perubahan populasi, marjinalisasi penduduk, kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan politik dan kesalahan pengelolaan, kondisi sosial dan ekonomi, masalah kesehatan, dan pengembangan pertanian yang tidak tepat. Sedangkan menurut Lal (1986) mengemukakan bahwa faktor penyebab tanah terdegradasi dan rendahnya produktivitas, antara lain: deforestasi, mekanisasi dalam usahatani, kebakaran, penggunaan bahan kimia pertanian, dan penanaman secara monokultur. Faktor-faktor tersebut di Indonesia umumnya terjadi secara simultan, sebab deforestasi umumnya adalah langkah permulaan degradasi lahan, dan umumnya tergantung dari aktivitas berikutnya apakah diotelantarkan, digunakan ladang atau perkebunan maka akan terjadi pembakaran akibat campur tangan manusia yang tidak terkendali.
Para ahli sepakat bahwa faktor-faktor penyebab degradasi baik secara alami maupun campur tangan manusia menimbulkan kerusakan dan menurunnya produktivitas tanah :

a). Lahjie (1989) menyatakan kondisi tanah menentukan lamanya masa bera, pada tanah subur di Datah Bilang Kabupaten Kutai maka jekau betiq muda (vegetasi ø 10 cm) dicapai pada umur 4 tahun, sedangkan pada tanah kurang subur seperti di Long Urug Kabupaten Bulungan dicapai pada umur 8 tahun.
b). Ahn (1993) menyatakan masa bera telah memendek dari masa bera umumnya yaitu lebih dari 10 – 20 tahun.
c). Von Vexkul (1996) menyatakan bahwa lama masa bera yang berkelanjutan dalam banyak kasus telah menurun kurang dari 5 tahun. Berdasarkan hasil kajian diatas patokan masa bera yang berkelanjutan tergantung juga kepada kondisi kesuburan tanah, pada tanah ladang yang subur maka masa bera lebih pendek dibandingkan tanah ladang tidak subur.
d). Driessen et al., (1976) menyatakan bahwa pada tanah ladang Podzolik di Tamiyang Layang Kalimantan Tengah mengalami penurunan produktivitas mula-mula disebabkan memburuknya morfologi, sifat fisik dan sifat kimia tanah. Namun setelah 5 tahun penggunaan tanah penurunan produktivitas disebabkan karena slaking sehingga terjadi erosi , menyebabkan tanah kehilangan lapisan atas yang umumnya mengandung lebih dari 80% unsur hara di dalam profil tanah.

2.4 Proses Degradasi Tanah

Lima proses utama yang terjadi timbulnya tanah terdegradasi, yaitu: menurunnya bahan kandungan bahan organik tanah, perpindahan liat, memburuknya struktur dan pemadatan tanah, erosi tanah, deplesi dan pencucian unsur hara (Lal, 1986). Khusus untuk tanah-tanah tropika basah terdapat tiga proses penting terjadinya degradasi tanah, yaitu:
1). degradasi fisik berhubungan dengan memburuknya struktur tanah sehingga memicu pergerakan, pemadatan, aliran banjir berlebihan, dan erosi dipercepat
2). degradasi kimia berhubungan dengan terganggunya siklus C, N, P, S dan unsur lainnya
3). degradasi biologi berhubungan dengan menurunnya kualitas dan kuantitas bahan organik tanah, aktivitas biotik dan keragaman spesies fauna tanah.
2.5 Klasifikasi Tanah Terdegradasi

Klasifikasi tanah terdegradasi cukup banyak dimunculkan diantaranya adalah GLASOD (Globall Assessmen of Soil Degradation), suatu proyek yang dirancang UNEP (United Nations Environment Programme) yang dikoordinir olrh ISRIC (International Soil Reference and Information Centre) bekerjasama dengan ISSS (International Soil Society of Soil Science). The Winand Staring Centre for Integrated Land, Soil and Water Research (SC/DLO), and Food and Agricultural Organization (FAO). Klasifikasi GLASOD didasarkan atas keseimbangan antara kekuatan rusak iklim dan resisensi alami kelerengan terhadap kekuatan merusak akibat intervensi manusia, sehingga dihasilkan penurunan kapasitas tanah saat ini atau kedepan untuk mendukung kehidupan manusia. Tipe degradasi tanah terbagi 2 macam, pertama berhubungan dengan displasemen bahan tanah yang terdiri dari erosi air (hilangnya top soil dan deformasi lereng) dan erosi angin (hilangnya top soil, deformasi lereng, dan overblowing). Kedua berdasarkan deteroriasi in-situ terdiri dari degradasi kimia (hilangnya unsur hara/bahan organik, salinisasi, acidifikasi, dan polusi), dan degradasi fisik (kompaksi, crusting, sealing, banjir, subsiden bahan organik). Derajat tipe degradasi terbagi menjadi rendah sedang, kuat dan ekstrim, dengan faktor penyebab adalah deforestasi, overgrazing, kesalahan pengelolaan pertanian, eksploitasi berlebihan, dan aktivitas industri (Oldeman, 1994).

2.6 Kerusakan Lingkungan

Kecenderungan menurunnya kualitas lingkungan hidup semakin memprihatinkan. Perubahan tatanan ekonomi, sosial dan politik yang disertai dengan perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi otonomi menimbulkan pelemahan kepemerintahan termasuk dalam pelestarian lingkungan. Pelemahan dalam sistem pengelolaan lingkungan menimbulkan pelanggaran kaidah-kaidah dan peraturan pelestarian lingkungan baik pada tingkat kebijakan sampai dengan tingkat program dan kegiatan. Akibatnya adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan yang sudah sedemikian parah sehingga menyebabkan kualitas kehidupan mencapai pada tingkat yang membahayakan kehidupan manusia. Berbagai bencana yang terjadi saat ini sudah sulit dikategorikan sebagai bencana alam. Pada awal tahun 2004 saja berbagai bencana lingkungan yang terjadi telah merenggut nyawa lebih dari 2.000 orang, nyawa mereka hilang akibat dari kelangkaan air bersih, banjir, tanah longsor dan sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa penurunan kualitas lingkungan hidup semakin buruk.
Kerusakan lingkungan, dapat terjadi di Kawasan Lindung maupun di Kawasan Budidaya milik masyarakat sehingga mengakibatkan terjadinya bencana alam yang menimbulkan kerugian nasional cukup besar berupa hancurnya pemukiman, rusaknya pertanian, wabah penyakit dan lain-lain.

Kerusakan lingkungan terbesar antara lain disebabkan terjadinya :
a). Kebakaran hutan dan lahan sehingga membahayakan peri kehidupan masyarakat sekitar kawasan .
b). Banjir yang terjadi apabila daya dukung sungai sudah terlampaui .
c).Kekeringan adalah ketersediaan air tanah sudah tidak dapat lagi mendukung pertumbuhan tanaman dan makhluk hidup lainnya .
d). Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah yang melebihi kecepatan proses pembentukan tanah Peledakan hama dan penyakit yang disebabkan karena habitat yang berubah .

2.7 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pertanian

Ada beberapa dampak yang di timbulkan oleh perubahan iklim terhadap pertanian :
a). kekeringan dan banjir membuat petani gagal penen
b). Kualitas tanamann yang dihasilkan kurang baik
c). Penghasilam para petani berkurang
d). Infor barang menjadi terhambat karena gagal panen
e). kelangkaan bahan pangan organik
f). mempengruhi perekonomian negara
g). Terdapat banyak hama akan merusak kualitas tanaman dan harga jualnya, dll .

2.8 Pengaruh Iklim Terhadap Budidaya Tanaman
Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau dikatakan iklim adalah merupakan rata-rata cuaca. Iklim merupakan faktor produksi tanaman yang penting, tetapi sangat sulit dikendalikan sehingga resiko produksi tanaman yang ditimbulkan oleh iklim kadang-kadang relatif tinggi. Untuk memperkecil risiko tersebut, beberapa gatra (aspek) seperti penyesuaian terhadap iklim, substitusi unsur-unsur iklim, modifikasi iklim dan prakiraan musim perlu dipahami. Pertanian maju pada waktu yang akan datang harus melaksanakan berbagai gatra tadi bersama-sama karena kemungkinan tidak ada lagi lahan yang iklimnya benar-benar sesuai untuk suatu tanaman.

Iklim mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia dan organisme lain yang hidup di muka bumi. Oleh karena itu, pengetahuan tentang iklim sangat dibutuhkan. Dalam kehidupan sehari-hari, iklim akan mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan pada suatu kawasan. Penjadwalan budidaya pertanian dan teknik budidaya yang dilakukan petani, pengetahuan tentang iklim penting artinya dalam sektor pertanian.

Pengaruh iklim terhadap tanaman diawali oleh pengaruh langsung cuaca, terutama pengaruh radiasi dan suhu terhadap fotosintesis, respirasi, transpirasi, dan proses-proses metabolisme didalam sel organ tanaman. Fotosintesis dan respirasi adalah proses biokimia, sehingga memerlukan katalisator sebagai proses kimia fisik. Kecepatan proses tergantung pada aktivitas katalisator yang diatur oleh suhu. Pada kisaran suhu toleransi, semakin tinggi suhu akan mempercepat proses dan meningkatkan produksi.

Bersama-sama dengan faktor-faktor lingkungan yang lain, iklim berpengaruh terhadap hasil tanaman (pertanian):
TANAH + IKLIM/ CUACA + TANAMAN → HASIL TANAMAN
Kita melihat tiga faktor utama yang menentukan hasil tanaman. Supaya hasil yang diperoleh optimum, maka ketiga faktor tersebut juga harus dalam keadaan optimum seimbang. Jika penguasaan kita terhadap ketiga faktor tersebut tidaklah seimbang, maka jika kita menanam modal untuk mempertinggi produksi, hasilnya akan kurang memuaskan. Hal ini mengingat setiap hasil usaha juga akan ditentukan oleh faktor yang berada dalam keadaan minimum. Jadi bila dari ketiga faktor tadi, penguasaan kita terhadap iklim masih sangat kurang, maka faktor itulah yang merupakan faktor pembatas.

Sebagai contoh Indonesia diketahui sebagai negara tropis. Sebagian besar kawasannya ditandai oleh adanya iklim musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Sebagian besar kawasannya juga masih tadah hujan. Untuk kawasan semacam ini pada umumnya dalam musim hujan air berlimpah, tetapi sebaliknya pada musim kemarau air tetap merupakan faktor pembatas. Dengan hal semacam ini, negara yang dikatakan subur makmur akhirnya hanya dapat bertanam satu kali walaupun sebenarnya alam memungkinkan untuk dapat bertanam berulang kali dalam satu tahun. Kalau air tersedia, mungkin kita dapat bertanam dua atau tiga kali. Sudah barang tentu supaya kita dapat menguasai dan memanfaatkan hujan tersebut sebaik-baiknya, sifatnya harus diketahui benar-benar.

Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang peranannya dalam pertanian seolah-olah tidak pasti. Jika terjadi kesan semacam itu sebenarnya hanya sebagai akibat dan sifat manusia yang umumnya mudah lupa. Peranan iklim dalam budidaya tanaman sampai saat ini jelas cukup besar. Hampir tidak ada tanaman di alam terbuka di bumi ini yang hasilnya tidak ditentukan oleh iklim. Pada waktu unsur-unsur iklim dalam kondisi normal, umumnya orang lupa betapa besarnya peranan menguntungkan, biasanya hanya diingat bahwa keberhasilan tadi semata-mata hasil jerih payah manusia. Kebanggaan yang sebenarnya secara tidak sadar menipu diri sendiri itu akan terlihat ketika seseorang atau mereka terkejut karena walaupun sudah menerapkan berbagai teknologi, ternyata usaha budidaya pertanian gagal, mungkin akibat hujan tidak datang atau datang tetapi tidak cukup, karena banjir atau adanya night frost, angin ribut atau yang lain. Sikap seperti itu ditemukan juga di Indonesia. Jarang sekali orang menyebutkan pengaruh cuaca.

Pada umumnya orang hanya menyebutkan peningkatan produksi budidaya karena teknologi yang mereka gunakan. Seperti misalnya produksi naik karena jenis unggul, pupuk, pestisida, dan lain-lain. Menyebut keberhasilan teknologi tidak dilarang, tetapi harus adil. Jika keberhasilan semata-mata hasil jerih payahnya, manusia juga harus bertanggung jawab jika ada kegagalan sebagai dampak perbuatannya. Hal ini perlu diungkapkan karena umumnya jika ada kegagalan, iklim sangat sering dijadikan kambing hitam. Masalah yang sebenarnya adalah faktor iklim memang merupakan faktor produksi yang sukar dikendalikan. Oleh sebab itu, kita harus pandai mengelola supaya produksi tanaman di samping tinggi, juga stabil atau setidaknya jika terjadi risiko karena iklim, jangan berpengaruh terlalu besar terhadap ketersediaan produksi tanaman.

Kondisi iklim di suatu daerah, terutama penerimaan radiasi matahari, kondisi suhu udara dan tanah akan menentukan pertumbuhan, perkembangan serta kandungan kimiawi di organ. Dalam berbagai tulisan tentang bidang tanaman hampir selalu disebutkan tentang iklim yang cocok untuk jenis tanaman tertentu. Sebagai contoh tanaman tebu menghendaki curah hujan cukup, periode kering cukup, suhu udara yang relatif tinggi, dan sebagainya. Wilayah yang keadaan iklimnya cukup ideal untuk suatu jenis tanaman semacam itu umumnya tidak luas dan ini pun bukannya tanpa risiko iklim. Untuk hal tersebut sering timbul pertanyaan, mengapa meskipun iklimnya sudah ideal, masih dapat terjadi resiko karena iklim.
2.9 Pentingnya Rehabilitas Tanah dalam Upaya Resiliensi dan Meningkatkan Produktivitas Lahan .

Untuk memperbaharui kembali kondisi kualitas tanah dan lahan dalam mengimbangi perubahan iklim global yang disebabkan oleh rusaknya lingkungan hidup maka perlu mengevaluasi kemampuan tanah untuk kembali kepada tingkat penampilan semula, jika tanah tersebut mengalami degradasi atau terjadi penurunan sifat-sifatnya dalam konteks dimensi waktu dan nilai.

– Rehabilitasi terhadap degradasi sifat fisik tanah
Degradasi sifat fisik tanah umumnya disebabkan memburuknya struktur tanah, sehingga upaya perbaikan sifat tersebut mengarah terhadap perbaikan struktur. Penggunaan gambut terhumifikasi rendah memiliki pengaruh lebih besar daripada gambut terhumifikasi tinggi dalam menurunkan kompaktibilitas tanah. Upaya perbaikan sifat fisik tanah utamanya dalam pemantapan agregat tanah yang memiliki tekstur lepas menggunakan polimer organik.
– Rehabilitasi degradasi sifat kimia dan biologi tanah
Rehabilitasi pada tanah terdegradasi yang dicirikan dengan penurunan sifat kimia dan biologi tanah umumnya tidak terlepas dari penurunan kandungan bahan organik tanah, sehingga amelioran yang umum digunakan berupa bahan organik sebagai agen resiliensi. Pemberian bahan organik jerami atau mucuna sebanyak 10 Mg ha-1 dapat memperbaiki sifat-sifat tanah Typic Haplohumult (Gajruk) yaitu: meningkatkan aktivitas mikroba, meningkatkan pH H2O, meningkatkan selisih pH, meningkatkan pH NaF (mendorong pembentukan bahan anorganik tanah yang bersifat amorf), meningkatkan KTK pH 8,2 atau KTK variabel yang tergantung pH, menurunkan Aldd dan meningkatkan C-organik tanah. Penurunan Aldd selain disebabkan oleh kenaikan pH dan pengikatan oleh bahan-bahan tanah bermuatan negatif, juga disebabkan pengkhelatan senyawa humik. Peranan asam fulvik jauh lebih tinggi dibandingkan asam humik sekitar tiga kalinya (Winarso, 1996). Bahan organik sebagai bahan rehabilitasi juga didapat dari limbah, misalnya kelapa sawit mampu meningkatkan pH tanah, kandungan P, K, Mg, dan KTK tanah.
Amelioran lain yang umum digunakan pada tanah-tanah tropika adalah kapur. Pengapuran umumnya ditujukan untuk menetralkan Aldd terutama pada tanaman yang peka terhadap keracunan Al. Biasanya meningkatkan pH tanah hingga 5,5, sedangkan bila karena keracunan Mn, maka pH perlu dinaikkan hingga 6,0 (Ahn,1993).

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMMPULAN
Dari kajian masalah dan pembahasan permasalahan di atas, saya dapat menyimpulkan bahwa permasalahan perubahan iklim perlu terus dikaji, karena menyebabkan pada berbagai sektor, sektor pertanian, kesehatan, kehutanan dan lain sebagainya. Sehingga perlu upaya sinergis dari pihak-pihak terkait serta peran serta masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Upaya sekecil apapun sangat berarti bagi kelangsungan kehidupan manusia di dunia ini. Dan ini juga bagi kepentingan semua pihak. Bayangkan betapa panasnya bumi ini ketika sekarang kita hanya bersikap apatis. Dengan mencintai lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan adalah suatu pengaplikasian terkecil yang dapat kita lakukan.

1. Faktor degradasi tanah dapat terjadi secara alami dan dipercepat akibat aktivitas manusia seperti deforestasi, perladangan berpindah, kebakaran hutan, tambang.
2. Degradasi tanah menurunkansifat-sifat tanah dan produktivitas tanah.
Rehabilitasi tanah merupakan upaya memperpendek pencapaian resiliensi tanah terdegradasi.
3. Penggunaan amelioran, bahan organik merupakan salah satu upaya untuk rehabilitasi tanah terdegradasi.

DAFTAR PUSTAKA

http://rikihidayathidayat.blogspot.com/2012/04/masalah-iklim-pada-sektor-pertanian.html
http://wacir.wordpress.com/2013/02/19/tes

Standard

Leave a comment